Alhamdulillah. Segala puji untuk Allah. Shalawat dan salam untuk Nabi kita Muhammad Saw. Sebagai seorang suami, tentu saja tidak sedikit tanggungjawab dan tugas yang dia embang. Dia tidak hanya mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya, tetapi juga hendaknya bisa mengajarkan kepada keluarganya segala sesuatu yang bermanfaat baik yang berkaitan dengan urusan agama maupun dunia.
Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Qs. at-Tahrim: 6)
Nabi saw pernah bersabda kepada Malik bin Huwairits dan orang-orang yang bersamanya,
ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ فَأَقِيمُوا فِيهِمْ وَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ
“Sekarang kembalilah kepada keluarga kalian, dan diamlah bersama mereka, ajarilah mereka dan suruhlah mereka.”[1]
Di dalam rumah, kepemimpinan seorang suami bukan hanya terbatas pada istrinya saja, akan tetapi dia juga bertanggung jawab atas putra-putrinya.
Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Qs. at-Tahrim: 6)
Rasulullah saw bersabda,
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang pemimpin yang memimpin manusia akan bertanggung jawab atas rakyatnya, seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya, dan dia bertanggung jawab atas mereka semua, seorang wanita juga pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya, dan dia bertanggung jawab atas mereka semua, seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya, dan dia bertanggung jawab atas harta tersebut. Setiap kalian adalah pemimpin dan akan bertanggung jawab atas kepemimpinannya.”[2]
Maka sudah seharusnya seorang pemimpin memiliki kemampuan soal ilmu. Bagaimana dia tahu soal bagaimana islam dan seluk beluknya. Karena dengan ilmu itulah dia akan mendidik istrinya menjadi istri yang shalihah. Dia juga bisa mendidik anak anaknya serta keluarganya menjadi keluarga yang takut sama Allah.
Yang dimaksud dengan memimpin bukan berarti seorang suami harus bersikap kasar, keras, dan angkuh di dalam rumahnya. Namun hendaklah ia berprilaku dengan akhlakul karimah, berlemah lembut dan santun. Perhatikanlah Nabi kita Muhammad saw –beliau adalah sebaik-baik manusia semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepadanya- sang pemilik akhlak mulia, memerintahkan kita agar mentaatinya, mengerjakan apa yang diperintahkan, dan menjauhi apa yang dilarangnya.
[1] HR. Bukhari di dalam al-Fath (13/231), Muslim (hadits ke-674)
[2] HR. Bukhari, hadits ke-2554, Muslim (1829) dan yang lainnya dari hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amru ra dari Nabi saw.