Oleh Burhan Sodiq SS
Upaya memerbaiki masyarakat harus terus dilakukan. Karena banyaknya kesalahan yang harus terus diluruskan. Serta karena banyaknya hal hal yang jauh dari nilai idealis yang pasti kita temukan di kanan dan kiri kita.
Dakwah adalah upaya yang sudah dikenal luas. Sejak zaman nabi sampai kini, dakwah menjadi ujung tombak perbaikan umat. Dengan pendekatan yang baik dan tegas akan menghasilkan hasil yang sangat optimal. Apalagi jika dakwah diurus secara professional. Dikuatkan dengan banyak cara dan banyak pendekatan, maka akan menghasilkan kerja dakwah yang berkelanjutan.
Sejarah sudah mencatat bahwa apapun yang dilakukan untuk menghentikan dakwah tidak akan menghentikan dakwah. Apapun yang akan dilakukan tidak akan menjadi sebuah keburukan buat dakwah. Karena daya tahan dakwah ini kuat sekali. Ia tidak akan hancur meski digempur dari kanan dan kiri. Selalu ada generasi pengganti yang kuat dan siap melanjutkan dakwah.
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Katakanlah (Hai Muhammad): ‘Inilah jalanku: aku dan orang-orang yang mengikutiku berdakwah (mengajak kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik’” (QS. Yusuf, 12: 108).
Dalam kondisi apapun, meski sebuah kapal sudah hanyut, tetaplah dakwah berdenyut dan berlanjut. Meskipun badai memorak porandakan bangunan dakwah, tapi dakwah akan tetap berjalan dengan baik. Maka tidak perlu kita khawatir dan risau. Karena agama ini agama Allah. Maka Allah juga yang akan menjaga agama ini dengan menelorkan generasi pengganti yang lebih baik.
Bisa jadi para pegiat dakwah yang sudah sepuh akan berhenti karena usia. Atau akan hilang karena sudah dipanggil Allah taala. Tapi dakwah itu sendiri akan memiliki pegiat pegiat baru yang terus tumbuh. Tumbuh dengan semangat dan juga dengan ilmu yang lebih lengkap. Bisa jadi mereka lebih tangguh dan lebih kenyal. Bisa jadi mereka menjadi lebih berani dan lebih agresif dalam dakwah.
Generasi yang datang belakangan akan belajar dengan apa yang sedang berjalan. Ia akan memelajari peta dakwah yang sudah berjalan. Kenapa gagal. Apa penyebab gagalnya. Kenapa mandeg apa yang membuat kemandegannya. Terus menerus seperti itu. Mereka tidak akan diam begitu saja. Terus menyala dalam kebaikan sekuat yang mereka bisa lakukan.
قَالَ رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلًا وَنَهَارًا
“Nuh berkata: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah mendakwahi (menyeru) kaumku malam dan siang” (QS. Nuh, 71: 5).
Ya, benar sekali. Keteguhan dan kesungguhan dalam dakwah yang sudah dicontohkan pendahulu kita akan diwariskan kepada generasi muda. Mereka, yakni para nabi dan rasul yang telah berdakwah siang sore malam, akan diikuti oleh para penggantinya. Kalau pun memungkinkan mereka akan 24 jam hadir menjawab kebutuhkan ummat.
Nabi Nuh, nabi Ibrahim, Nabi Muhammad dan Nabi nabi lainnya tidak akan berhenti dalam berdakwah. Semangat dan keteguhan mereka menjadi modal bagi para pengganti untuk terus memberi arti. Menunjukkan kepada ummat akan kebenaran hakiki. Tidak mundur walau selangkah tapi terus meneruskan kebaikan dakwah dengan berbagai metode dan berbagai langkah.
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَىٰ بِآيَاتِنَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَقَالَ إِنِّي رَسُولُ رَبِّ الْعَالَمِينَ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِآيَاتِنَا إِذَا هُمْ مِنْهَا يَضْحَكُونَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Maka Musa berkata: ‘Sesungguhnya aku adalah utusan dari Tuhan seru sekalian alam’. Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami dengan serta merta mereka menertawakannya” (QS. Az-Zukhruf, 43: 46-47).
Apapun respon umat terhadap dakwah tidak akan membuat mereka surut langkah. Terus meneruskan dakwah karena imbalannya surga yang seluas langit dan bumi. Jadi kalau hambatannya banyak itu sudah biasa. Kalau rintangannya banyak itu pun juga normal saja. Pasti banyak yang tidak suka kalau kita mengajak kepada islam. Banyak yang hatinya sakit. Banyak yang amarah meledak meledak.
وَلَمَّا جَاءَ عِيسَىٰ بِالْبَيِّنَاتِ قَالَ قَدْ جِئْتُكُمْ بِالْحِكْمَةِ وَلِأُبَيِّنَ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي تَخْتَلِفُونَ فِيهِ ۖ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ إِنَّ اللَّهَ هُوَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ ۚ هَٰذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ
“Dan tatkala Isa datang membawa keterangan dia berkata: ‘Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmah dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah (kepada) ku’. Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus” (QS. Az-Zukhruf, 43: 63-64).
Dari apa yang dialami Nabi Isa, kita akan mengambil satu pelajaran. Bahwa apa yang kita dakwahkan adalah kebenaran. Kita tidak mengajak kepada kelompok. Tapi kita menjadikan diri kita sebagai duta dakwah kepada Allah. Kita ajarkan kebaikan dan kebeneran. Kita buat orang orang suka dengan Islam. Kita juga arahkan mereka mencintai Islam.
Islam ini sangatlah luas. Bisa menjadikan orang orang mengamalkan ajaran ajarannya. Tidak menjadikan manusia menjadi sempit pikirannya. Tetapi menjadi luas berpikirnya dan siap berkorban untuk agamanya. Manusia akan merasa hidupnya bermanfaat. Mereka merasa hidupnya menjadi lebih bermakna.
Mereka yang sudah biasa berdakwah tidak akan berhenti berdakwah. Mereka yang terbiasa mengajak kebaikan, tidak akan berhenti dalam mengajak kebaikan. Mereka yang sudah terbiasa berjuang untuk islam juga tidak akan pernah berhenti berjuang.