Jangan Menjadi Dai yang Lalai

Oleh Burhan Sodiq

Perjalanan dakwah memang membuat sebagian orang tetap teguh pendirian. Mereka tidak goyah dengan apapun. Tapi ada pula yang justru malah menjadi lengah dan lalai dari perjalanan dakwah. Mereka berpaling dan pergi dari dakwah.

Hal ini tentu saja membuat kita berpikir, apa salahnya dan apa penyebabnya. Beberapa di antaranya akan kita bahas dalam tulisan ini. Apa saja yang mengakibatkan dai lalai dari jalan Allah taala.

Pertama, berkecimpung dalam nikmat dunia secara berlebihan. Banyak dai yang lupa akan dirinya sendiri. Mereka terlalu bangga dengan kemewahan yang ada. Padahal mereka selama ini berjuang dari bawah. Setelah mereka sukses dan kaya, mereka sudah lupa harus bagaimana.

Kehidupan mereka berubah menjadi kehidupan yang bermewah mewah. Kalau sekedar menjadi kaya tidak menjadi masalah. Tapi jika dia bersombong dengan kekayaaannya itu maka itu akan menjadi sebuah masalah yang besar.

Boleh saja bagi dai memiliki harta yang banyak. Dengan harta itu dia banyak melakukan kebaikan kebaikan. Dia beramal shalih dengan harta tersebut. Dia terus melakukan kebaikan dengan membantu orang orang yang butuh bantuan. Meringankan beban saudaranya, dan memberikan pertolongan yang dibutuhkan.

Tapi jika kekayaan yang dimiliki seorang dai justru malah membuka pintu pamer maka ini yang sangat berbahaya. Amal amal baiknya akan hilang percuma jika tidak dijaga dengan baik. Kebaikan yang dia kumpulkan menjadi buruk di mata orang lain karena kebiasaan dia memamerkan hartanya.

Seorang dai seharusnya bisa menjaga diri dari berbuat pamer. Mampu menjadi pribadi yang bijaksana. Mengikuti sunnah Nabinya dengan baik. Bersikap sederhana dan lembut dalam bertutur kata. Bukan malah suka pamer dan menyombongkan harta.

Kedua, mereka merasa aman dengan dosa dosanya. Banyak dai yang karena sudah melakukan amal shalih lalu merasa aman dengan dosa dosanya. Mereka merasa sudah diampuni Allah. Padahal soal ampunan Allah tidak ada di antara kita yang mengetahuinya. Semua tidak ada yang tahu soal itu.

Banyak dai yang merasa sudah bersih dari dosa dan kesalahan, sehingga mereka melupakan kondisi mereka di hadapan Allah. Silau dengan banyaknya pengikut dan merasa sudah berada di atas angin. Mereka jauh dari sikap sikap tawadu sebagai seorang dai yang menyeru kepada Allah.

Seorang dai seharusnya selalu menjadi teladan dalam bertaubat kepada Allah. Meneguhkan posisinya dengan terus menerus istighfar kepada Allah taala. Memohon ampunan atas segala kesalahan. Karena setiap kesalahan hamba harus dimohonkan ampunan kepada Allah taala.

Jangan sampai seorang hamba lalai dalam persoalan ini. Merasa congkak dengan amal sendiri dan terhanyut oleh bujukan setan yang melenakan manusia.

Ketiga, adalah sikap meremehkan kebenaran. Jika sudah sampai pada tahapan tertentu, ada kalanya dai merasa bahwa mereka sudah berada di level terbaik. Sehingga tidak membutuhkan nasihat orang lain. Merasa hidupnya sudah sangat bagus menjadi panutan. Padahal seperti kita tahu, bahwa setiap orang pasti butuh nasihat dari orang lain. Tidak mungkin seseorang bisa hidup sendiri tanpa orang lain.

Mereka akan selalu butuh doa dan nasihat dari saudaranya. Jangan sampai mereka berpikir bahwa mereka sudah cukup ilmu sehingga tidak butuh nasihat dari orang orang lainnya.

Setiap manusia akan selalu butuh nasihat. Karena nasihat itu berlaku untuk siapa saja. Nasihat bisa untuk siapapun dan semua orang butuh untuk diberi nasihat dengan baik.

Kadangkala di era medsos seperti ini banyak kita jumpai orang hanyut oleh popularitas. Mereka berpikir bahwa apa yang ada hanyalah soal pengikut. Jika pengikut dia banyak maka enggan baginya mendapat nasihat dari dai yang pengikutnya sedikit.

Salah satu cerdik pandai mengatakan, bahwa kesombongan bisa datang dari sebuah sikap. Yakni sikap menolak kebenaran padahal sudah jelas jelas di depan mata. Ia engga menerima nasihat orang orang di sekitarnya.

Sikap menolak nasihat ini adalah salah satu penyakit hati yang mesti dihindari. Apalagi jika ia muncul sering di hati kita. Harus kita atasi dengan tazkiyatun nufs. Membersihkan dan menyucikan hati kita dengan banyak berzikir kepada Allah.

Keempat, terlalu berlebihan pada sesuatu yang mubah. Dunia ini banyak sekali permainannya. Ada permainan yang boleh dilakukan. Tapi karena manusia juga bisa salah dan lupa, dai kadang bermain secara berlebihan.

Permainan yang dilakukan secara berlebihan akan membuat orang terlena. Dia akan menjadi pribadi yang lupa akan prioritas. Karena tugas tugas utama akan terbengkalai. Tidak bisa mengatur waktu dengan baik. Buruk dalam soal prioritas amal apa yang harus diutamakan.

Ini akan menjadi satu persoalan yang akan mengganjal dakwah. Karena dai yang semestinya berbuat baik, malah kalah dengan nasfunya sendiri. Ia tenggelam dalam kesiasiaan. Walhasil akan ada banyak pekerjaan dakwah yang tidak terselesaikan.

Apakah kita akan mau mengalami seperti itu. Apakah kita akan tenggelam dalam kesia siaan. Tentu saja tidak. Maka seorang dai harus memoles dirinya dengan amal shalih dan membersihkan hal hal yang tidak manfaat dalam kehidupannya.

Allah berfirman dalam surat Al Hasyir ayat 19

19. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik.

Apa yang Harus Dilakukan

Seorang dai harus sering mendatangi majelis ilmu. Agar ia selalu diingatkan dengan kebaikan. Ketika dia mencintai ilmu, maka dia akan dimintakan ampun oleh penduduk langit. Ia akan terbiasa dengan banyak kebaikan hidup. Membiasakan diri dengan mendengar ayat dan hadis. Tidak larut dalam kesibukan dunia yang membuat dia terlena.

Majelis ilmu harus menjadi sebuah kebiasaan yang baik. Tidak merasa gengsi untuk datang ke majelis ilmu. Tidak perlu merasa malu dan tidak perlu merasa risih. Karena pada dasarnya semua akan menjadi sebuah kebaikan untuk diri kita.  

Ilmu akan menjaga dai dari kelalaian. Setiap saat dia datang ke majelis ilmu dia akan selalu diingatkan dengan kebaikan. Ada banyak sekali hal hal yang bisa dia dapatkan.

Tentu saja berbeda orang yang sering diingatkan dengan orang yang tidak pernah diberi peringatan. Orang yang sering diingatkan akan selalu sadar manakala ia berbuat salah dan dosa. Sedangkan orang yang tidak pernah mendapat peringatan akan cederung larut dalam kemaksiatan.

Burhan Sodiq

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *