Membahas tentang pemikiran memang sebuah hal yang menarik. Kita akan mampu menelaah dengan seksama apa yang sedang terjadi di sekitar kita. Karena pemikiran termasuk sesuatu yang sangat penting bagi seorang manusia. Jika pikirnanya bagus, maka pola tingkah laku juga akan bagus. Tetapi jika pikiran tidak bagus, maka kecenderungannya akhlak juga tidak akan bagus.
Setan sebagai musuh manusia melihat hal ini sebagai peluang. Mereka senagat melakukan upaya penyesatan dengan strategi jitu untuk membuat manusia lengah. Terutama lengah dalam hal meniti jalan kebaikan. Mereka lebih suka mengarahkan manusia kepada jalan jalan keburukan.
Salah satu yang setan lakukan adalah mengajak manusia untuk lebih suka pada persoalan persoalan syubhat. Hal hal yang terkait dengan menancapkan keraguan terhadap kebenaran islam. Bagaimana manusia memiliki pemikiran yang salah terhadap islam. Miskonsep, misinterpretasi dan upaya lainnya selalu dilakukan agar membuat umat Islam asing dengan agamanya sendiri.
Syubhat artinya samar, kabur, atau tidak jelas. Penyakit syubhat yang menimpa hati seseorang akan merusakkan ilmu dan keyakinannya. Sehingga jadilah “perkara ma’ruf menjadi samar dengan kemungkaran, maka orang tersebut tidak mengenal yang ma’ruf dan tidak mengingkari kemungkaran. Bahkan kemungkinan penyakit ini menguasainya sampai dia menyakini yang ma’ruf sebagai kemungkaran, yang mungkar sebagai yang ma’ruf, yang sunnah sebagai bid’ah, yang bid’ah sebagai sunnah, al-haq sebagai kebatilan, dan yang batil sebagai al-haq”. [Tazkiyatun Nufus, hal: 31, DR. Ahmad Farid]
Siapa Sasaran Syubhat Pemikiran
Tentu saja setan tidak bekerja sendirian. Ia akan mengajak kawanannya dari jin dan manusia untuk melakukan misi penyesatan ini. Sasaran mereka adalah kaum muslimin yang lemah iman dan lemah amal. Mereka cenderung masih awam dalam urusan agama. Sehingga sangat mudah untuk dibelokkan pemahamannya.
Masuknya isme isme buatan manusia yang cenderung bertentangan dengan Islam, adalah bagian dari upaya ini. Mereka lebih suka mengusung hal hal yang nisbi dan relative daripada mengusung kebenaran Islam. Mereka lebih senang berletih lebih dalam urusan ini daripada berletih letih dalam dakwah Islam secara lebih konkret.
Target dari upaya pembelokan pemikiran ini adalah mencabut akar islam dari jiwa kaum muslimin. Sehingga mereka hanya merasakan islam pada kulitnya saja. Mereka islam, tapi tidak mengenal islam secara lebih lengkap. Mereka islam tapi hanya pada kulitnya saja. Bahkan yang paling parah, mereka Islam tetapi menolak Islam sebagai nilai nilai kehidupan.
Ujungnya pun sudah terlihat. Kelak akan terjadi adu domba di kalangan umat Islam. Saling curiga dan saling menyalahkan. Satu dengan yang lain akan saling mencederai. Target setan pun berhasil. Mereka bisa memecah belah ummat hanya dari merusak cara berpikirnya saja.
Upaya Berkelanjutan
Upaya musuh dalam merusak pemikiran ummat jelas dilakukan secara serius dan tidak sederhana. Mereka menyiapkan segala sesuatunya dari hulu hingga hilirnya. Mereka siapkan sistemnya dengan sangat rapi. Mereka juga siapkan jalur pendidikan yang sangat detail dari mulai pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Salah satu agendanya adalah menjadikan agama hanya sebagai ritual saja. Dan memposisikan agama di pinggir pinggir dan tidak dilibatkan dalam urusan urusan keumatan,
Di antara fitnah syubhat terbesar adalah kekafiran. Karena sesungguhnya orang-orang kafir itu berada di dalam kesesatan tetapi mereka menyangka berada di atas kebenaran dan kebaikan.
Katakanlah:”Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya”. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Rabb mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. [Al Kahfi : 103 – 105]
Jerat pertama yang ingin setan lakukan, adalah mengajak kaum muslimin untuk kafir sama Allah. Maka bisa kita lihat banyak kaum muslimin secara tidak sadar melakukan sesuatu yang dia anggap baik padahal itu amal amal yang bisa berujung pada kekafiran.
Selain itu, fitnah syubhat yang tak kalah dahsyat adalah kemunafikan. “Dalam hati mereka (orang-orang munafik) ada penyakit (syubhat; keraguan), lalu Allah menambah penyakit itu; dan bagi mereka siksa yang pedih disebabkan mereka berdusta. Dan bila dikatakan kepada mereka, “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,” mereka menjawab, “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” [Al Baqarah : 10-11]
Di antara bentuk fitnah syubhat yang lain adalah fitnah bid’ah dan mengikuti hawa-nafsu. Fitnah ini menyebabkan umat terpecah-belah menjadi kelompok-kelompok yang saling bermusuhan. Imam Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata: “Adapun fitnah syubuhat (syubhat-syubhat), maka telah diriwayatkan dari Nabi dengan banyak jalan bahwa umat beliau akan berpecah-belah menjadi lebih dari 70 kelompok, sesuai dengan perbedaan riwayat-riwayat jumlah kelebihan dari 70 (yang shahih dan terpilih 73 kelompok-pen), dan bahwa seluruh kelompok tersebut di dalam neraka kecuali satu saja, yaitu kelompok yang berada di atas apa yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya ada padanya”. [Kasyful Kurbah, hal: 19]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Ketahuilah, sesungguhnya Ahlul Kitab sebelum kamu telah berpecah-belah menjadi 72 agama. Dan sesungguhnya agama ini (Islam) akan berpecah-belah menjadi 73 agama. 72 di dalam neraka, dan sati di dalam sorga, yaitu Al-Jama’ah. (Di dalam hadits Ibnu ‘Amr dan Yahya ada tambahan:) Dan sesungguhnya akan muncul beberapa kaum dari kalangan umatku yang hawa-nafsu menjalar pada mereka sebagaimana virus rabies menjalar pada tubuh penderitanya. Tidak tersisa satu urat dan persendian kecuali sudah dijalarinya. [HR. Abu Dawud, Ahmad, Darimi, Ibnu Abi Ashim. Al-Hakim, dan lainnya. Dishahihkan oleh Al-Hakim, disetujui Adz-Dzahabi, juga Syeikh Al-Albani di dalam Dzilalul Jannah I/7]
Lalu Apa yang Harus Kita Lakukan
Tentu saja kita tetap harus berjuang. Menyadarkan Ummat akan bahaya penyesatan pemikiran. Yakni dengan terus merapat kepada para ulama. Mendekati mereka agar kita mendapatkan ilmu yang benar. Ilmu yang akan menuntun semua perilaku juang kita. Sehingga perjuangan tidak semata berbekal semangat tetapi berbekal ilmu yang benar.
Dengan dekat dengan para ulama kita punya dua kelebihan. Pertama kita akan mendapatkan sumber ilmu yang shahih. Sehingga tidak mudah bagi kita untuk terkena fitnah syubhat. Karena pemikiran yang aneh akan hilang jika bertemu dengan dalil dan hujah yang jelas.
Kedua, kita akan selamat dari kesesatan. Karena setiap kali ada hal yang berubah atau melenceng kita akan segera mendapatkan teguran teguran. Dengan begitu kita akan lebih mudah untuk diperbaiki dan diingatkan.