Bersyukurlah, Karena Anda Seorang Muslimah

 

 

Saya ingin mengajak Anda untuk kembali mengucapkan syukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah kita terima. Bersyukurlah karena Anda terlahir ke dunia ini sebagai seorang wanita. Bersyukurlah pula bahwa Allah telah menciptakan manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Lebih dari itu, bersyukurlah kepada Allah yang telah menciptakan manusia dalam kondisi berpasangan, termasuk di dalamnya lelaki dan wanita.

Menyinggung soal wanita, Allah telah memberikan kemuliaan dan posisi yang tinggi pada mereka. Mereka dianugerahi dengan selaksa kelebihan atas lelaki, baik dari segi fisik maupun segi ruhani. Secara fisik wanita identik dengan kelembutan dan kehalusan. Dua kata ini seolah-olah sangat lekat dan secara otomatis menjadi citra yang menempel pada diri mereka. Meskipun hal ini masih berlaku secara umum saja. Karena pada kenyataannya ada juga wanita yang kelaki-lakian atau orang biasa disebut dengan ‘gadis tomboy’. Mereka yang disebut tomboy adalah para wanita yang berpenampilan dan bersikap seperti pria. Potongan rambut pendek, bahkan sangat pendek. Memakai kaos atau celana panjang yang umumnya dipakai para lelaki. Ditambah lagi dengan kelakuan keseharian yang menguatkan citra kelelakiannya itu. Itulah tomboy. Namun identifikasi ini pun juga masih debateble.

Secara umum wanita memang selalu lembut dan halus. Apa yang mereka kerjakan dan lakukan, selalu dalam kondisi rapi dan menyenangkan. Misalnya saja, kamar yang berantakan bak kapal pecah, rumah yang tercerai berai dengan perabot yang tak teratur, tiba-tiba bisa menjadi sejuk dan indah dipandang hanya karena wanita yang mengerjakannya. Ruang kuliah yang kotor, bau dan tidak nyaman, berubah menjadi nyaman dan membuat kerasan, hanya karena diatur oleh para mahasiswi yang notabene para wanita dengan segala sifat yang menempel pada dirinya.

Suara mereka lembut, tutur kata mereka halus dan tingkah laku mereka sopan. Sungguh berbeda dengan fitrah lelaki yang biasanya kasar. Secara keseharian, perilaku wanita cenderung lebih lembut daripada lelaki. Dari etika kesopanan serta tutur kata, wanita juga lebih lihai dalam memikat perhatian lawan bicaranya. Inilah kadang yang menjadikan sebuah perusahaan lebih memilih tenaga pemasar atau bahkan bidang kehumasan dari kaum hawa. Karena mereka lebih lembut, lebih sopan dan lebih mampu memikat perhatian para calon pelanggan perusahaan tersebut.

Hati wanita sangat mudah tersentuh, air mata mereka lebih mudah menetes, meski hanya sekedar untuk membasuh luka dan menyegarkan jiwa. Berlinangnya air mata bukan menjadi ukuran seberapa lemah kerapuhan jiwanya. Bukan juga sebagai tanda betapa cengeng mereka menghadapi hidup. Karena nampaknya setiap orang memiliki air mata, dan mereka berhak untuk mengeluarkannya, kapan saja, sesuka mereka. Manakala menetesnya air mata sudah merupakan satu hal yang harus dilakukan, tidak ada salahnya bila mereka melakukannya. Meski banyak orang bilang, air mata selalu saja bukan jawaban dari persoalan yang membelenggu kita. Menangis bukan solusi, namun bagi seorang wanita, kadang menangis adalah cara satu-satunya untuk merespon sebuah persoalan. Tentu saja hanya bersifat sementara, karena setelah itu ia harus mencari cara lain untuk menyudahi persoalan yang menimpanya.

Konon kabarnya, wanita selalu lebih mudah menangis dari para pria. Namun tidak ada juga yang menjamin pria lebih  tegar dari mereka. Bisa jadi menangis tidak selalu identik dengan kelemahan. Bisa pula menangis bagi wanita adalah sebuah ekspresi kewajaran dan kenormalan saja. Ia menjadi sebuah respon standar, ketika hatinya mengeluh aduh, atau bahkan sebaliknya, air matanya menetes ketika hatinya tersapu haru dan diguyur kegembiraan. Emosi mereka juga berbeda dengan emosi para pria, mereka lebih mudah memendam perasaan. Bila mereka mendapatkan masalah dalam hidup, biasanya lebih memilih untuk diam dan menyimpannya sendiri. Kemudian pada saatnya tiba, mereka akan mengadukan masalah itu kepada orang yang mereka percaya. Tidak hanya sebatas dipercaya, namun kadang ia juga akan memastikan apakah orang tersebut benar-benar membuatnya nyaman untuk ngobrol dan berbagi duka dan cita. Namun bila ternyata di kolong bumi ini sudah tidak ada lagi manusia yang membuatnya percaya, dan membuatnya nyaman maka ia akan mengadukan persoalan hidupnya kepada Allah Ta’ala. Di tengah malam yang larut, di kesunyian yang mencekam, ia tengadahkan tangan dengan air mata yang berurai. Memohon segepok pemecahan atas rentetan persoalan yang melilit leher. Biasanya dengan melakukan hal semacam itu, hati mereka lebih lega dari sebelumnya. Jiwa dan pikiran mereka lebih tenang. Karena mereka sudah mengadu kepada Dzat yang Maha Tahu dan Maha Benar. Sehingga keyakinan dan optimisme akan datangnya solusi, membuat mata mereka berpendar terang. Meskipun setelah mereka mengadu kepada Allah, solusi yang mereka harapkan akan datang dengan rentang waktu yang beraneka macam. Ada yang langsung diberi jalan keluar oleh Allah saat itu juga. Namun tidak jarang pula yang harus menunggu berbulan-bulan lamanya hingga jalan keluar yang ditunggu-tunggu itu benar-benar tiba.

 

Hati wanita memang lebih sensitif. Mereka lebih mudah tersinggung dan lebih mudah merespon masalah dengan emosi. Perasaan yang memainkan peranan secara dominan, sementara untuk masalah apakah nalar ataukah tidak itu urusan belakangan. Terlebih lagi bila mereka tersakiti oleh ucapan orang lain, hati lebih sering menjadi terminal terakhir dari kepedihan dan kesedihan yang ia derita. Respon-respon dari hati akan lebih dominan daripada respon-respon dari otak dan benak. Inilah yang menyebabkan mereka lebih mudah tersinggung. Mereka menjadi lebih peka terhadap kata-kata yang menyinggung dirinya. Sama katanya, namun akan berbeda efeknya bila diucapkan pada lawan kata yang berbeda. Bagi seorang laki-laki, olok-olokan masalah bentuk tubuh mungkin adalah hal yang biasa. Mereka yang diberi anugerah Allah berupa lemak yang berlebih sehingga kelihatan gemuk, akan disapa dengan panggilan si gendut atau si gemuk. Sebaliknya mereka yang diberikan anugerah Allah berupa sedikitnya lemak pada tubuhnya mungkin akan disapa dengan panggilan si kurus atau si kerempeng. Bagi para lelaki sebutan atau sapaan semacam itu mungkin biasa saja. Ibaratnya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri, sehingga tidaklah sempat mampir dan nongkrong di hati. Namun bila sebutan itu ditujukan pada para gadis atau wanita dewasa yang sangat memperhatikan setiap inchi tubuhnya, akan menjadi persoalan yang sangat besar. Jangankan masuk telinga kanan keluar telinga kiri, bahkan kata-kata itu akan nangkring di hati berjam-jam bahkan bertahun-tahun tidak terlupa. Selalu diingat-ingat dan berangsur-angsur menjadi gumpalan dendam kebencian.  Maka alangkah baiknya bila tutur kata selalu terjaga. Endapkan dulu setiap kata yang ingin keluar, agar semua tutur kata yang terlisankan akan selalu indah dan membahagiakan orang. Hindarilah wajah yang seram dan suram, gantilah dengan wajah riang, cerah dan menyejukkan.

Burhan Sodiq

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *