Oleh Burhan Sodiq
Remaja yang punya mental pemenang sangat dibutuhkan oleh umat. Sebab persoalan begitu banyak. Kalau tidak punya mental pemenang akan susah berkiprah di masyarakat. Tenaga tidak ada, semangat juga tidak menyala. Lebih banyak menghabiskan waktu untuk hal sia sia dan tidak mampu menyelesaikan tantangan apapun.
Karena jika kita melihat struktur masyarakat sekarang, remaja sangat penting memainkan perannya. Jika mengharapkan orangtua jelas agak susah. Mereka sudah nyaman dengan kedudukannya. Sehingga agak susah untuk diajak jalan secara progresif melakukan perubahan. Mereka cenderung statis dan mandeg. Sedangkan anak muda memiliki semangat untuk lebih banyak melakukan sesuatu. Mereka sangat ingin mengubah kondisi masyarakat yang sudah tenggelam dalam kemalasan.
Remaja juga punya sisi menarik yang lain, yakni tidak mudah puas pada satu hal. Mereka selalu ingin melakukan hal baru yang positif. Selalu punya rasa ingin tahu yang lebih. Selalu ingin melakukan cara cara yang menarik dan memajukan kondisi umatnya hari ini. Hanya saja mereka senantiasa butuh dukungan dan bimbingan. Tanpa itu mereka akan goyah.
Kenapa Perlu Mental Pemenang?
Tantangan sedemikian besar. Arus globalisasi sangat deras. Gempuran budaya internasional tidak bisa lagi dianggap angin lalu. Mereka benar benar masuk kepada anak anak muda kita. Tanpa sekat dan batas, mereka benar benar memengaruhi kehidupan remaja kita pada aspek aspek yangmendalam. Ini sebuah masalah serius yang harus dicarikan solusinya. Tidak bisa dibiarkan begitu saja. Karena sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup remaja kita.
Jika remaja kita cenderung minder dan tidak punya percaya diri, maka mereka akan ditinggalkan oleh ummat. Mereka tidak bisa diandalkan jika selalu berada dalam kondisi seperti itu. Karena mereka seharusnya berada di garis depan, bulan malah sembunyi di garis belakang. Maka mereka harus punya daya tahan yang bagus. Yang siap untuk melakukan perjuangan untuk memenangkan islam.
Maka dibutuhkan mental pemenang yang tidak mudah larut dalam persoalan. Ia harus mampu terus melakukan cara cara bertahan dalam perjuangan. Tidak mudah kalah oleh tantangan dan hambatan. Tetapi selalu lincah dan mencari solusi dalam setiap hambatan hambatan yang ditemui. Mental inilah yang akan membuat mereka semakin bisa untuk menginisiasi sebuah perubahan.
Jika kita lihat kehidupan rasulullah saat berdakwah dulu, maka beliau sangat gigih dalam perjuangannya. Meski awalnya hanya sendiri dan menghadapi musuh kafir Qurays, beliau tetapi melangkah. Tidak peduli betapa susahnya dakwah beliau. Mendapat lemparan batu, cemoohan, bahkan kalimat tidak sedap tidak ada masalah. Bahkan meski diancam nyawanya, terus melakukan perjuangan tanpa henti.
Inilah mental pemenang. DI saat yang lain mundur dan memilih kalah. Rasulullah lebih memilih untuk terus melakukan perubahan dengan berjuang terus. Karena jika Rasulullah memilih berhenti dan menyerah, maka dakwah Islam ini akan kalah. Maka mental pemenang adalah sikap yang senantiasa memilih untuk terus maju tanpa peduli dengan kondisi diri. Karena perjuangan adalah segala galanya.
Salah satu yang menyebabkan beliau bertahan adalah keyakinannya kepada Allah swt, dan nasehat dari Allah swt yang berasal dari wahyu Al qur’an yang menjadi motivator dan inspirator semangat perjuangan beliau. Inilah sikap mental pemenang itu. Beliau dengan sabar dan perlahan mendakwahi orang-orang yang dikenalnya secara sembunyi-sembunyi.
Selama 13 tahun beliau bersabar dan menahan diri menghadapi segala tantangan, kebencian dan penolakan kaum quraisy. Beliau bahkan tidak membalas kekejian mereka. Justru beliau tetap bersikap mulia, santun, baik dan kasih sayang kepada mereka yang menghinanya. Beliau menanamkan optimism dan kesabaran kepada para sahabatnya yang juga tidak luput dari penyiksaan dan pengucilan. Beliau adalah seorang motivator sejati. Sampai akhirnya beliau membuat strategi untuk hijrah dan mencari daerah baru yang lebih menerima dakwah beliau dan lebih kondusif yaitu Madinah.
Lalu Bagaimana Cara Punya Mental Pemenang?
Pemenang tidak akan menghabiskan waktunya dengan sia sia. Memilih aktivitas yang positif dan berguna bagi dirinya. Apa apa yang bisa membuatnya semakin bertumbuh dan berkembang dengan baik. Keahliannya tambah banyak, kedewasaannya tambah matang dan tidak cengeng. Dia harus bisa mengelola waktunya dengan baik. Seorang anak muda yang bermental pemenang tidak akan menghabiskan waktunya dengan sia sia belaka. Apa yang menjadi aktivitasnya selalu menjadi prioritas kebaikan. Tak akan dia lewatkan sedikitpun waktunya untuk kesia sianya.
Ia punya tujuan dan dengan tujuan itu dia melangkah. Ada tahap tahap yang dia lalui. Tidak berjalan ngawur tanpa target. Tapi dia sangat jeli bagaimana melampui setiap fase yang dia lalui dengan seksama. Tidak mencoba untuk bermain main dengan hal hal kontraproduktif. Tetapi terus menyibukkan diri dengan kebaikan kebaikan dan langkah langkah produktif.
Ia harus ikhlas dalam berjuang. Tidak mencari cari balasan selain balasan dari Allah. Apa yang bisa dia dapatkan akan dia gunakan untuk mendapatkan ridha Allah taala. Keikhlasan ini yang akan mendorong dia menjadi pribadi yang lebih shalih. Karena keikhlasan akan bisa menghapus kedengkian dan kebencian. Dia gagal tidak akan masalah. Karena bagi dia yang dia cari adalah ridha Allah bukan ridha manusia. Lempeng lurus dan yakin dengan apa apa yang Allah janjikan kepada dia.
Saat dia jatuh dan kalah, mungkin akan ada banyak komentar pedas dan menyakitkan. Tapi dia jalan terus. Karena yang dia cari adalah wajah Allah bukan wajah manusia. Yang dia cari adalah pahala di sisi Allah bukan dunia di sisi manusia. Jadi dia nothing to loose. Sebab yang dia cari dan inginkan adalah wajah Allah bukan wajah manusia. Siapa yang mencari wajah Allah akan bahagia, tapi siapa yang mencari wajah manusia akan sengsara dan kecewa.
Ia pun harus punya visi pemenang. Keyakinan bahwa apa yang dia usahakan akan menjumpai kemenangan di akhir perjuangannya. Sebab mereka yang membawa kebenaran akan menemui kemenangan. Meski dia juga paham bahwa perjuangan dia akan diuji dengan pertempuran melawan kebatilan. Karena kebatilan juga tidak akan tinggal diam. Dia akan mengerahkan pasukan kebatilan yang dia miliki untuk menghambat kemenangan kebenaran.
Maka dia harus punya cita cita pemenang. Jangan sampai dia diam dan tidak memiliki cita cita sama sekali. Dia harus yakin di dalam hatinya dan jiwanya, bahwa ketika berada di jalan Allah, dia akan menemukan kemenangan hakiki. Kalau kalah sekali tidak masalah. Gagal juga tidak menjadi masalah, asal dia tidak berhenti dalam berjuang. Harus berjuang kembali dalam memerjuangkan Islam dalam dirinya.
Kemudian yang juga sangat penting adalah, dia harus punya sikap siap bersaing dalam kebaikan. Apa jadinya anak muda jika tidak berani bersaing dalam kebaikan. Ia harus menunjukkan sikap prestatifnya, dan tidak terdiam dengan kondisi yang menggerusnya. Jangan hanya mengumpat pada musuh, tetapi harus mulai melakukan sesuatu yang baik demi sebuah perubahan. Kalau hanya mencaci kita sudah banyak orang yang pintar mencaci. Sekarang yang dibutuhkan adalah orang orang yang secara cerdas memaknai perubahan perubahan itu. Lalu ia berani mengambil opsi untuk menang dan melanjutkan perjuangan.
Ketika dia melihat seseorang dalam kebaikan maka boleh bagi dia untuk merasa isi dengan amal shalih dan kebaikannya. Karena dengan begitu akan memacu dia untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Dia bisa menjadi pribadi yang lebih bersegera dalam ampunan Allah dan bersegera dalam kebaikan dan amal shalih.
Sikap selanjutnya adalah selalu punya keberanian untuk mencoba sesuatu. Jangan sampai dia mundur hanya karena kurang percaya diri ingin melakukan kebaikan. Selama itu baik dan bisa dicoba silakan dicoba. Soal apakah itu akan berhasil atau gagal adalah urusan nanti. Semua akan indah jika kita coba dulu. Kalau gagal kita akan evaluasi, kalau berhasil kita akan lanjutkan.