Dakwah Remaja Di Era Disrupsi

Oleh Burhan Sodiq

Ada yang mengatakan bahwa, anak sekarang lebih malas, apakah benar? Mereka jarang yang mau jalan kaki. Berjalan sedikit sudah malas. Mending naik motor. Brom brom sudah sampai. Mereka juga malas masak. Mending pesen makanan via ojek online. Ketak ketik, sudah datang depan rumah. Mereka juga tidak mau datang ke guru. Cukup daftar aplikasi online, bisa belajar via aplikasi online. Apakah semua itu sebentuk kemalasan?

Zaman memang sudah berubah. Kemalasan menjadi sebuah industry yang dimanfaatkan. Rasa malas manusia dimanfaatkan oleh pemodal sebagai ceruk pasar. Karena melihat orang lebih mudah malas, maka para pemilik modal menggunakan hal ini sebagai peluang membuat usaha. Lalu bagaimana dengan dunia dakwah remaja, kemalasan seperti apa yang nampak?

Alhamdulillah, meski banyak berita tidak sedap soal anak anak muda, tapi kita perlu bahagia sebab masih ada banyak berita bagus dari dunia remaja. Banyak kalangan yang menggunakan rasa malas sebagai komoditas dakwah. Aplikasi aplikasi dakwah mulai bermunculan. Anak anak muda juga sangat menggemari hal ini. Hanya saja memang belum banyak pihak yang turun gunung menciptakan influencer dakwah remaja di dunia maya. Lalu bagaimana?

Kondisi ini harus dipahami secara utuh. Sebab ia tidak akan selesai hanya dengan dicaci maki dan disesali. Tapi harus ada langkah langkah yang konkret dan nyata. Tidak bisa hanya wacana dan wacana saja. Melainkan harus mulai dibuat langkah langkah riil yang mengedepankan strategi taktis dan efektif.

Segala pihak harus menyadari bahwa era disruptif adalah era semua serba berubah. Satu persatu harus disimak dan diteliti dengan baik. Jangan sampai dunia sudah berubah sedemikian rupa, tapi kitanya masih diam diam saja.

Pertama, kita harus akui bahwa influencer remaja dakwah masih sangat sedikit. Umumnya dari para pegiat social media masih main di tema tema hijrah. Bagaimana berhijrah meninggalkan kebiasaan lama. Ini terus menjadi sebuah gerakan viral. Pegiatnya banyak. Tapi sebagian besar masih dari ibukota.

Dunia internet memberi peluang yang sama kepada siapa saja untuk ngeksis. Hanya saja tidak banyak orang yang bisa membuat konten kreatif. Mereka tidak cukup sdm untuk mencipta sesuatu yang menarik untuk dilihat, didengar dan disubcribe. Kalau pun sekarang ada, kebanyakan konten lucu lucuan dan tidak dalam nuansa dakwah.

Itulah kenapa kita perlu dorong anak muda untuk masuk ke lini ini. Konten konten yang bagus yang seharusnya mulai dikerjakan dan upayakan. Orang tua tinggal kasih fasilitas dan kasih jalan. Sehingga perjalanan dakwah di dunia maya menjadi semakin nyata.

Sufyan bin Uyainah mengatakan:

“Orang yang berakal bukanlah orang yang mengetahui kebaikan dan keburukan. Tiada lain orang yang berakal adalah seseorang yang apabila melihat kebaikan, ia pun mengikutinya. Dan apabila melihat keburukan, ia pun menjauhinya.”

Menjadi lebih menarik, bila sekolah sekolah yang adaptatif terhadap fenomena 4.0 ini segera berbenah juga. Mereka masukkan pelajaran dakwah digital ini sebagai sebuah terobosan baru. Karena salah satu syarat bersaing di lini ini adalah punya tingkat kreasi yang tinggi.

Kedua, harus ada yang memulai membuat aplikasi aplikasi praktis. Semacam bagaimana tutorial hijrah. Apa saja tahapan tahapan yang harus ditempuh. Bagaimana cara shalat yang mudah dan benar. Bagaimana cara wudhu dan lain lainnya. Karena hari ini orang berkumpulnya di gawai atau gadget, maka kita datangi mereka di gadget gadget mereka. Di situlah mereka ngobrol dan berbicara.

Harus mulai dibenahi system tata kelola kerjasama antara satu pihak dengan yang lain. Siapa melakukan apa. Pihak aplikasi siapa yang kerjakan, pihak konten siapa yang lakukan. Semua sinergi dalam sebuah arah yang baik.

Cobalah kita focus pada apa yang dibutuhkan umat. Jangan kita terlalu banyak bicara pada urusan permusuhan permusuhan yang tidak ada ujung pangkal. Kita perlu membangun pondasi pendidikan umat dulu. Sehingga jika suatu saat mereka dihadapkan pada kebatilan mereka tahu harus berbuat apa.

Berkata Ja’far bin Muhammad kepada Sufyan Ats-Tsauri رحمهما الله:

Tidaklah sempurna perbuatan baik kecuali dengan tiga perkara :

  • Segera mengerjakannya (tanpa menunda-nunda)
  • Menganggapnya sebagai amalan yang kecil (meskipun amalan yang besar)
  • Menyembunyikannya (dari manusia).”

Ketiga, melihat peluang dan fenomena ini sampai beberapa tahun mendatang. Kita perlu amati apa yang sedang berlaku sekarang. Akan seperti apa masa depan nanti kaitannya dengan dakwah remaja. Apakah akan berlaku seperti sekarang ini. Atau akan ada hal hal lain yang perlu diantisipasi. Kadang misalnya sekarang radio sudah tidak begitu diminati. Orang larinya ke podcast atau yang lain. TV sudah tidak diminati, larinya ke youtube dan yang lain.

Harus ada orang orang yang secara serius mengamati hal hal ini. Agar islam tidak tertinggal. Ia akan senantiasa mengikuti perkembangan zaman. Bila ada hal hal yang bisa diupdate dan dikembangkan maka akan lebih bagus jika terus dikembangkan. Namun, hal ini perlu keseriusan dari banyak pihak. Para akademisi harus turun gunung tuk mau berkiprah dalam soal ini. Jangan sampai dakwah remaja tertinggal hanya karena tak ada yang mau mengurusinya.

Secara rutin mengeluarkan jurnal atau hasil penelitian kaitannya dengan dakwah remaja. Sehingga pihak lain bisa menggunakan hasil penelitian itu untuk bergerak dan menentukan program dakwah yang kesinambungan. Ia bisa menjadi acuan acuan dalam pergerakan dakwah. Sehingga ibarat jualan, target marketnya jelas dan tersasar.

Keempat, melibatkan pesantren pesantren. Dalam rantai perubahan ini, pesantren bisa berfungsi sebagai kontennya. Jika dakwahnya sudah nyebar bagus, kemasan juga bagus, gaya penyampaian juga bagus, tapi kalau isinya tidak bagus maka tidak akan bertahan lama. Ia akan gagal dan akan tidak bisa bertahan. Mudah sekali ditinggalkan umat. Sebab tidak ada kontennya.

Berbeda halnya, jika pesantren dilibatkan untuk masuk di urusan konten. Mereka menyiapkan konten konten dakwah yang ilmiah, riwayatnya jelas, rojih, sohih, dan sangat dibutuhkan umat.

Berkata Al Hafizh Ibnu Rojab رحمه الله :“Sesungguhnya Alloh apabila menerima amalan seorang hamba , maka Alloh akan memberikan kemampuan kepadanya untuk melakukan amal shalih lagi setelahnya.”

Tentu saja dibutuhkan orang yang bisa menghubungkan dua hal ini. Orang yang kuat dan punya pengaruh. Pesantren diminta terlibat aktif dan pihak lain juga diminta untuk mendekati secara persuasive. Bicara soal kepentingan dakwah bukan bicara pada kepentingan personal.

Kelima, evaluasi jalannya dakwah. Segera setelah segala sesuatunya direncanakan dan dijalankan, maka perlu kiranya dievaluasi jalannya. Apakah sudah sesuai rencana atau melenceng dari apa yang direncanakan. Apakah sudah sesuai dengan relnya atau memang sangat berbeda dengan yang disiapkan.

Jika ada yang kurang ditambahi. Jika ada yang tidak sempurna maka disempurnakan. Tidak perlu meratapi sebuah kesalahan, tetapi yang penting segera melakukan perubahan dan perbaikan. Itulah kenapa masing masing kita perlu punya skil bekerja team. Jangan merasa paling bisa, tetapi merasalah punya sesuatu untuk dikerjasamakan bersama sama.

Burhan Sodiq

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *