Hati Hati Dengan Sikap Kikir

 

Oleh Burhan Sodiq

Secara umum memang kita sudah tahu bahwa manusia akan lebih suka pada sifat kikir. Ya gimana tidak kikir, dia merasa mendapat harta dari usahanya sendiri. Dia usaha dari kecil hingga gede. Uang dikumpulkan dengan jerih payah luar biasa. Lalu tiba tiba dia diminta sedekah. Pasti secara umum dia akan pertahankan uangnya.

Tetapi ternyata ada hal hal yang membuat orang sangat mudah bersedekah. Kalau kita kaji, maka kita akan sampai pada kesimpulan bahwa bersedekah memang pilihan terbaik daripada menyimpan harta dan merasa pelit dengan hartanya.

Dari Abu Hurairah r.a, dia berkata: Beliau Saw. Bersabda, “Tidak ada satu hari pun yang para hamba memasukinya di waktu pagi, melainkan ada dua malaikat yang turun. Salah satunya berdoa, “Ya Allah, berikan ganti kepada orang yang berinfak.” Yang satunya berdoa, “Ya Allah, berikan kebinasaan kepada orang yang tidak mau berinfak.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhâri dan Muslim)

Pertama, Harta kalau disimpan dia akan menjadi beban di akhirat kelak. Pertanyaannya bakalan banyak. Darimana mendapatkan. Bagaimana cara dia menghabiskan hartanya. Karena setiap harta pasti habis, hanya saja pertanyaannya, habisnya untuk apa. Punya 2 juta juga akan habis. Ada yang digunakan untuk amal shalih sedekah. Tapi ada pula yang digunakan untuk maksiat. Sama sama habisnya tapi hasilnya tentu saja berbeda.

“Jauhkanlah diri kalian dari sifat kikir, karena sesungguhnya kikir itu talah menghancurkan umat-umat sebelum kalian. Kikir mendorong mereka berbuat zalim, lalu zalimlah mereka. Mendorong mereka memutuskan silaturrahim, lalu mereka pun memutuskannya.  Mendorong mereka untuk berbuat jahat, lalu berbuat jahatlah mereka.  Jauhkanlah diri kalian dari perbuatan zalim, karena sesungguhnya satu kezaliman membawa banyak kegelapan di hari kiamat. Jauhkanlah diri kalian dari perbuatan buruk, karena sesungguhnya Allah tidak mencintai perbuatan buruk dan tindakan yang buruk.” (HR Imam Ahmad)

Harta yang diberikan kepada manusia seharusnya digunakan untuk kepentingan akhiratnya. Apa guna harta jika justru malah memperberat langkah menuju jannahNya.

Kedua, Balasan Orang Pelit itu Mengerikan

Dalam beberapa kitab tazkiyatun nafs, seperti Tanbiihul Ghaafiliin, Al-Jauharul Mauhuub wa Munabbihatul Quluub, dan Al-Mawaaidz al-‘Ushfuuriyyah, dicantumkan sebuah kisah ganjaran yang diberikan Allah Subhanahu Wata’ala kepada seorang wanita yang pelit bersedekah saat ia hidup di dunia.

 

Inilah petikan kisahnya.

Suatu hari datang kepada Nabi Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) seorang wanita dengan tangan kanan yang tidak berfungsi (lumpuh).

“Ya Rasul, berdoalah kepada Allah untuk tanganku ini agar bisa berfungsi kembali seperti semula,” pintanya kepada Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم).

“Kenapa tanganmu bisa seperti itu?” tanya Rasulullah kembali.

Lalu diceritakan wanita tersebut apa yang terjadi dengan dirinya.

“Saya bermimpi seakan kiamat telah terjadi. Neraka jahannam telah menyala dan surga telah terhidang. Di dalam neraka terdapat beberapa lembah. Kulihat ibuku berada di salah satu lembah tersebut. Di tangan kanannya terdapat lemak dan di tangan kirinya terdapat lap kecil yang menghindarkan tangannya dari terkaman api neraka.”

“Mengapa ibu bisa berada di lembah tersebut?” Bukankah ibu seorang yang taat kepada Allah dan Ayah selalu ridha dan sayang terhadap ibu?” tanyaku kepada ibuku.

“Anakku, semasa di dunia ibu pelit. Di sinilah tempat ibu.”

“Lalu apa maksudnya lemak dan kain yang menempel di tangan ibu?”

“Ini adalah balasan sedekah ibu saat masih di dunia. Selama hidup, ibu tidak pernah bersedekah kecuali lemak dan kain lap. Dua benda inilah yang melindungi tangan ibu dari sengatan api neraka.”

Aku pun bertanya kembali, “Ayah di mana, Bu?”

“Ayahmu dermawan. Tentulah ia sedang berada di surga di tempat orang-orang yang dermawan.”

Aku bergegas ke Surga untuk menemui ayahku. Kulihat ayahku sedang berdiri di dekat telagamu, ya Rasul. Ia sedang memberi minum manusia, menerima gelas dari tangan Ali. Ali dari Utsman. Utsman dari Umar. Umar dari Abu bakar. Abu Bakar dari tanganmu, ya Rasul.

“Wahai Ayah! Mengapa ibuku yang taat kepada Allah dan patuh dengan Ayah tega ayah biar berada di salah satu lembah di neraka? Sedangkan Ayah sibuk memberi minum manusia dari telaga Rasulullah. Ayah, ibu haus di neraka sana. Berikanlah ia seteguk air saja,” pintaku kepada Ayah.

“Wahai anakku, ibumu itu berada di tempat orang yang pelit dan orang yang berdosa. Allah mengharamkan air telaga ini diberikan kepada orang-orang yang pelit dan orang-orang yang berdosa.” Ayah menolak untuk memberikannya.

Aku nekad mengambilnya segelas, untuk diminumkan kepada ibuku. Ketika ibuku sedang minum, kudengar suara, “Semoga Allah melumpuhkan tanganmu karena kamu datang memberi minum kepada orang yang pelit dari telaga Muhammad.”

Aku terbangun. Dan kulihat tanganku menjadi lumpuh.

Nabi Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) bersabda, “Kepelitan ibumu telah menghukummu di dunia ini. Begitulah nanti yang akan dirasakan ibumu ketika dihukum Allah?”

Aisyah menceritakan, Nabi Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم). lalu menaruhkan tongkatnya ke tangan kanan wanita itu dan berdoa, “Ya Allah, dengan kebenaran mimpi yang dituturkan wanita ini sembuhkanlah tangannya seperti semula.”

Tangan kanannya pun sembuh, dan dia pun segera bertaubat kepada Allah Subhanahu wa-ta’ala (سبحانه و تعالى‎).

Jadi dari beberapa tulisan ini, kita mulai sadar. Betapa sedekah akan menolong kita kelak. Buat apa menjadi pribadi kikir dan pelit. Apa yang akan kita banggakan kelak di akhirat?

Burhan Sodiq

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *