Generasi Rebahan 4.0

Oleh Burhan Sodiq

Sudah ada banyak sekali komplen dari orang tua tentang anak muda sekarang. Mereka mengeluhkan anak anak muda yang sukanya mager. Duduk atau tiduran lama di kamar. Tidak melakukan apa apa kecuali hanya main hape. Buka instagram lihat kehidupan orang orang. Baca caption. Stalking artis. Baca baca instastory orang dan lihat lihat foto.

Mereka, para orang tua kebingungan bagaimana mengatasi hal ini. Maka kalau ada orang yang bisa ngasih tahu mereka bagaimana caranya, pasti mereka akan ikuti. Sebab mereka sudah sangat bingung dan sangat jengkel melihat fenomena ini.

Ada yang mengatakan zamannya sudah lain. Anak remaja tidak lagi bisa diajak susah. Makan harus enak. Tidak enak dikit langsung tidak mau makan. Auto ngambek dan menghindari percakapan. Pasang wajah marah dan tidak mau senyum lagi. Matahari di wajahnya hilang.

Maka muncul sebuah istilah yang cukup menarik, yakni generasi rebahan. Mereka disebut sebagai generasi rebahan karena memang suka rebah rebah. Santai dan tidak banyak aktivitas. Kebanyakan hanya tiduran dan tidak banyak melakukan banyak hal. Kalaupun mereka berbuat atau menulis kareya kebanyakan di lakukan di media sodial. Ini adalah zaman yang sudah berubah dengan sangat cepat.

Kalau masing masing stake holder tidak melakukan sesuatu maka ya sudah. Segalanya akan kembali kepada urusan lama. Tapi apakah kita akan berdiam diri dan tidak melakukan apa apa?

Banyak orang yang kemudian berpikir buat apa saya ngomong. Apakah ada gunanya, apa kah ada manfaatnya? Itu sudah berkali keli saya sampaikan di forum terbatas. Bahwa anak sekarang memang pendekatannya harus berbeda. Hape adalah tempat mereka berkumpul. Maka harus dibuatkan banyak tempat keramaian di hape hape mereka yang mampu menggerakan mereka menjadi remaha produktif. Jika mereka produktif dalam amal shalih maka akan ada banyak masalah yang bisa terselesaikan.

Mager Karena Asyik

Mereka memutuskan mager karena menemukan keasyikan dalam berhape. Banyak akun akun menarik. Banyak aplikasi yang menarik pula yang bisa mereka unduh. Sehingga mereka memutuskan menghabiskan waktu dan kesempatan di dalam hape hape mereka.

Sekarang semuanya serba digital. Dulu orang belajar harus ke bimbingan belajar. Jalan kaki atau naik motor. Sekarang mereka sudah bisa menggunakan hape untuk keperluan belajar. Ruang belajar yang biasanya fisik bisa dipegang dan bisa dihadiri, kini berubah menjadi aplikasi aplikasi.

Dulu orang beli baju harus ke pasar, harus ke mall. Kini mereka beli baju cukup di sebuah market place dengan aneka barang yang sangat banyak. Tinggal scroll scroll pilih pilih dan eksekusi dengan sebuat pencetan jempol. Pilihannya banyak dan diskonnya juga sangat menarik.

Hampir semua lini tersedia secara digital. Maka mereka memutuskan untuk menikmati hidupnya secara digital daripada harus beraktivitas dengan lebih rumit dan ribet.

Tidak Punya Ilmu Produktif

Apa yang mereka dapatkan dari teknologi sebenarnya sangat besar. Hanya saja mereka tidak tahu bagaimana bisa berkarya dengan itu. Betapa sangat banyak aplikasi yang bisa mereka gunakan. Tinggal mereka mencari teori teori yang bisa membuat hape mereka semakin bermanfaat untuk kemaslahatan umat.

Misalnya saja soal Youtube. Banyak sekali ilmu yang ada di youtube tentang tutorial apa saja. Dari mulai membuat kue sampai membuat pabrik. Jutaan manfaat bisa didapatkan dari Youtube. Hanya karena tidak diarahkan ke sana, maka yang diambil adalah madharat madharatnya.

Seorang pemulung bisa menjadi petani sukses hanya karena kelihaian dia memanfaatkan chanel Youtube. Ia belajar membuat blog, lalu belajar dari website yang ada. Kemudian dia memanfaatkan google translate untuk menerjemahkan tulisan china ke bahasa Indonesia dan sebaliknya. Ia pun mengisi blognya dengan tulisan tulisan soal pertanian.

Apa yang terjadi? Anak muda berhasil menanam porang. Porang adalah sejenis umbi umbian yang masih punya peluang besar untuk diekspor. Ia akhirnya bisa memajukan desanya dengan menanam Porang. Omsetnya sudah sangat besar dan sangat maju.

Pemuda ini adalah contoh kecil betapa seseorang bisa memanfaatkan apa yang ada internet. Tidak hanya dipakai untuk main game dan hura hura, tetapi internet bisa dipakai untuk menghasilkan suatu pemasukan dan penghasilan.

Mungkin sudah banyak ide dan gagasan tapi kalau tidak dieskekusi maka akan menunpuk. Tidak ada kemajuan apa apa dan semuanya menjadi tidak manfaat. Tapi kalau kita tahu bagaimana ilmunya, bagaimana cara pengelolaannya dan bagaimana cara mendapatkannya, maka kita akan mendulang hasil yang banyak.

Terlalu Santai

Bisa jadi kemungkinkan ketiga, generasi ini memang terlalu santai dalam memandang hidup. Lebih banyak memilih untuk menanggapi hidup dengan santai daripada menghadapi hidup dengan stress dan serius. Mereka bisa dapatkan pendapat pendapat para selebgram yang menjadi acuan berpikir mereka. Selebgram biasanya nampak kaya meski tidak bekerja. Maka anak anak muda ingin kehidupan yang seperti itu. Tidak banyak bekerja tapi penghasilan dimana mana.

Sekarang pun industry kreatif semakin maju. Banyak sekali posisi posisi yang ditawarkan kepada anak anak muda yang berbakat. Mereka digaji besar dengan pekerjaan pekerjaan yang lebih banyak mengandalkan otak dan pikiran. Jadi seolah olah mereka hanya duduk duduk saja. Tidak banyak melakukan pekerjaan berat. Namun gaji mereka lebih besar berkali kali lipat dibanding dengan pekerja biasa.

Inilah yang akhirnya mendorong anak anak muda untuk menjadi lebih santai dari generasi sebelumya, PNS bukan menjadi sebuah pilihan utama lagi. Tetapi menjadi pengusaha dengan omset miliyaran tanpa harus keluar banyak tenaga.

Lalu Apa yang Bisa Dilakukan?

Melihat fenomena ini, kita harus bahu membahu merancang sebuah solusi. Agar anak anak muda kita lebih dekat dengan hal hal yang positif dan konstruktif dan bukan menjadi generasi yang malas dan rebahan melulu.

Perlu kiranya anak muda didekatkan dengan teknologi teknologi yang bisa menguatkan potensi mereka. Sehingga teknologi itu menjadi teman dan sahabat, bukan malah menjadi musuh.

Internet dan dunia digital memang seperti dua sisi pisau yang tajam. Satu sisi menjanjikan kemudahan dalam belajar tapi di sisi lain juga berbahaya buat diri anak anak remaja jika tidak diarahkan.

Dengan begitu, perlu banyak pelatihan dan seminar seminar tentang 4.0. Definisinya, efeknya, dampaknya, dan bagaimana harus memanfaatkannya. Mengundang para ahli untuk bicara pada soal ini menjadi sangat penting. Karena ilmu ilmu mereka akan menjadi batu loncatan menjadi anak muda yang lebih baik lagi.

Jika proses ini dilakukan secara berkelanjutan akan berdampak bagus buat perkembangan remaja kita. Gadget memang di tangan, tapi mereka benar benar bisa menggunakannya untuk kebaikan. Bukan dikendalikan oleh gadget tetapi malah mengendalikan gadget itu untuk kebaikan umat.

Kemudian, langkah berikutnya adalah mendorong para pelaku dakwah digital untuk bersiap bersaing. Yakni dengan terus menerus membuat konten konten aplikasi yang bagus. Serta terus melakukan inovasi dan terobosan yang menarik agar anak anak remaja mau melakukan banyak hal dengan teknologi digital.

Memancing mereka untuk terus berkarya. Melakukan inovasi inovasi yang cerdas agar anak anak remaja bisa memaksimalkan potensinya.  Karena biaya untuk proyek semacam ini sangat besar, maka harapannya ormas ormas yang ada juga berjibaku untuk melakukan hal ini secara bersama sama.

 

Burhan Sodiq

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *