Sahabat Akhirat, Bukan Sahabat Maksiat

Oleh Burhan Sodiq

Ada banyak hal yang akan didapatkan oleh banyak orang saat memiliki teman yang baik. Mereka akan mendapatkan kebaikan kebaikan yang akan membahagiakan mereka. Kehidupan mereka menjadi semakin baik. Dan jiwa mereka semakin tenang. Semua karena nilai seorang kawan yang baik akan mewarnai kehidupan seseorang.

Betapa banyak anak anak muda yang teledor dalam urusan ini. Mereka terkena masalah karena teman yang tidak baik. Teman itu mengajak mereka pada kehidupan yang buruk. Tidak memiliki komitmen pada nilai nilai kehidupan yang baik. Akan tetapi malah sibuk dengan perkara perkara yang menistakan kehidupannya.

“Permisalan teman duduk yang baik dan teman duduk yang jelek seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. (Duduk dengan) penjual minyak wangi bisa jadi ia akan memberimu minyak wanginya, bisa jadi engkau membeli darinya dan bisa jadi engkau akan dapati darinya aroma yang wangi. Sementara (duduk dengan) pandai besi, bisa jadi ia akan membakar pakaianmu dan bisa jadi engkau dapati darinya bau yang tak sedap.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Memilih dan Memilah

Ada banyak remaja yang sungkan menolak pertemanan dari orang orang yang buruk akhlaknya. “Saya tidak bisa menolaknya. Dia ingin berteman dengan saya. Lalu saya bagaimana?”

Hal ini harus diluruskan. Setiap remaja yang harus paham konsep kenapa dia berteman. Berteman bukan hanya soal bersosialisasi. Tetapi berteman juga bagaimana kita terus menjaga iman dan takwa kita. Apakah dengan berteman, iman kita akan terpengaruh atau tidak. Apakah berteman kita akan semakin bertakwa atau tidak.

Hal ini menjadi landasan penting bagi seorang remaja. Tidak bisa gegabah asal berteman tanpa mempertimbangkan soal soal ini. Sebab ini menjadi sangat penting bagi kehidupan dia. Jika dia teledor maka dia akan mendapatkan masalah masalah dalam hidupnya.

Menolak hal hal yang membahayakan sangat penting untuk diprioritaskan. Apa yang akan remaja lakukan jika di depannya ada api yang menyala besar. Akankah dia akan masuk ke dalam api yang besar itu. Ataukah dia akan menghindari dan mencari jalan lainnya. Saya yakin setiap remaja akan menjari jalan lain yang lebih selamat. Ia tidak akan mungkin memasuki api yang besar tersebut. Karena ia tahu bahwa api itu akan bisa membakarnya. Api itu akan bisa memberi keburukan dan kesialan bagi dirinya.

Lalu adakah remaja nekad masuk ke api karena sungkan? Saya pikir tidak ada. Maka memahami persoalan ini sangatlah penting. Tidak bisa setiap remaja selalu berpikir soal sungkan dan tidak sungkan. Karena jika sungkan ini terus dibiarkan, maka ia akan tergerus pada sisi negatif dalam hidupnya.

“Dan ingatlah hari ketika itu orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata, ‘Aduhai kiranya dulu aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, andai kiranya dulu aku tidak menjadikan si Fulan itu teman akrabku. Sungguh ia telah menyesatkan aku dari Al-Qur`an ketika Al-Qur`an itu telah datang kepadaku.’ Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia.” (Al-Furqan: 27-29)

Maka penting bagi remaja memilih teman bergaul yang shalih. Ia bisa mendorongnya untuk berbuat baik dan terus beramal shalih. Ia akan mengurungkan niat niat buruknya saat berteman dengan orang baik. Orang baik itu yang akan menjadi pelita baginya dalam menyusuri kehidupan. Mudah beramal shalih dan susah dan berat untuk beramal buruk.

‘Adi bin Zaid, seorang penyair Arab, berkata:

Tidak perlu engkau bertanya tentang (siapa) seseorang itu, namun tanyalah siapa temannya

Karena setiap teman meniru temannya

Bila engkau berada pada suatu kaum maka bertemanlah dengan orang yang terbaik dari mereka

Dan janganlah engkau berteman dengan orang yang rendah/hina niscaya engkau akan hina bersama orang yang hina

Karenanya lihat-lihat dan timbang-timbanglah dengan siapa engkau berkawan.

Kerugian Saat Berteman dengan Orang Buruk Akhlak

  1. Teman yang buruk akan membuat kita ragu akan kebenaran yang kita yakini. Sebagaimana Allah k berfirman:

“Lalu sebagian mereka (penghuni surga) menghadap sebagian yang lain sambil bercakap-cakap. Berkatalah salah seorang di antara mereka, “Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) memiliki seorang teman. Temanku itu pernah berkata, ‘Apakah kamu sungguh-sungguh termasuk orang yang membenarkan hari berbangkit? Apakah bila kita telah meninggal dan kita telah menjadi tanah dan tulang belulang, kita benar-benar akan dibangkitkan untuk diberi pembalasan.” Berkata pulalah ia, “Maukah kalian meninjau temanku itu?” Maka ia meninjaunya, ternyata ia melihat temannya itu di tengah-tengah neraka yang menyala-nyala. Ia pun berucap, “Demi Allah! Sungguh kamu benar-benar hampir mencelakakanku. Jikalau tidak karena nikmat Rabbku pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret ke neraka.” (Ash-Shaffat: 50-57)

Itu semua adalah kabar dari Allah Taala. Bahwa teman yang buruk akan membuat kita ragu akan keyakinan kita pada kebenaran.

Dengarkanlah kisah wafatnya Abu Thalib di atas kekafiran karena pengaruh teman yang buruk. Tersebut dalam hadits Al-Musayyab bin Hazn, ia berkata, “Tatkala Abu Thalib menjelang wafatnya, datanglah Rasulullah n. Beliau dapati di sisi pamannya ada Abu Jahl bin Hisyam dan Abdullah bin Abi Umayyah ibnil Mughirah. Berkatalah Rasulullah n, ‘Wahai pamanku, ucapkanlah Laa ilaaha illallah, kalimat yang dengannya aku akan membelamu di sisi Allah.’ Namun kata dua teman Abu Thalib kepadanya, ‘Apakah engkau benci dengan agama Abdul Muththalib?’ Rasulullah n terus menerus meminta pamannya mengucapkan kalimat tauhid. Namun dua teman Abu Thalib terus pula mengulangi ucapan mereka, hingga pada akhirnya Abu Thalib tetap memilih agama nenek moyangnya dan enggan mengucapkan Laa ilaaha illallah. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

2.Teman yang buruk akan mengajak kita kepada keburukan dan melakukan tindakan yang haram.

Allah k berfirman tentang munafikin:

“Mereka menginginkan andai kalian kafir sebagaimana mereka kafir hingga kalian menjadi sama.” (An-Nisa`: 89)

Ia bak seorang yang senantiasa membujuk dan merayu kita untuk melakukan kesalahan kesalahan. Hidupnya digunakan untuk memengaruhi manusia agar tergelincir dari perintah Rabbnya.

“Seseorang itu menurut agama teman dekat/sahabatnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat dengan siapa ia bersahabat1.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 927)

Hal lain yang bisa menjadi perhatian kita adalah bahwa melihat teman yang buruk akan mengingatkan kepada maksiat sehingga terlintas maksiat dalam benak seseorang. Padahal sebelumnya ia tidak terpikir tentang maksiat tersebut.

Teman yang buruk juga akan menghubungkan dengan orang-orang yang jelek, yang akan memudaratkanmu.

Teman yang buruk akan menggampangkan maksiat yang engkau lakukan sehingga maksiat itu menjadi remeh/ringan dalam hatimu dan engkau akan menganggap tidak apa-apa mengurangi-ngurangi dalam ketaatan.

  1. Teman yang buruk juga akan menghalangi kebaikan kepada kita. Kita akan terhalang untuk berteman dengan orang-orang yang baik/shalih sehingga terluputkan kebaikan darimu sesuai dengan jauhnya engkau dari mereka.

Allah berfirman: “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingati kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.“ (QS. Al-Kahfi [18]: 28)

Maka dari itu, setiap remaja harus memerhatikan kawan karibnya. Apakah kawan dan temannya menjadikan dirinya terbiasa dalah amal shalih. Ataukah dia dan temannya justru malah memudahkan dia melakukan kemaksiatan kemaksiatan. Jika teman teman yang selama ini membersamai dia adalah teman yang memudahkan kemaksiatan, maka dia harus memutuskan teman teman itu. Lalu berpindah kepada teman teman yang mengingatkan pada kebaikan kebaikan iman.

Burhan Sodiq

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *